- pemograman
- penganggaran
- perencanaan
- pembangunan
- pengawasan dan
- pemeliharaan jalan.
Seluruh proses penyelenggaraan jalan tersebut harus diawali dengan pemrograman dan penganggaran yang optimal sehingga proses selanjutnya dapat berlangsung secara efektif dan efisien
Kegiatan pemrograman jalan di Ditjen Bina Marga pada saat ini diawali dengan pengumpulan data (survey) mengenai lalu lintas dan kondisi jalan yang ada, usulan-usulan dari pelaksana di lapangan, dan penentuan prioritas oleh Direktorat Bina Program sesuai dengan rencana dan strategi dari Direktorat Jenderal Bina Marga. Berangkat dari hal tersebut, kegiatan pengumpulan data lalu lintas dan kondisi jalan menjadi suatu titik awal yang sangat penting dalam keseluruhan kegiatan penyelenggaraan jalan. Ketersediaan data yang kurang valid atau kurang lengkap, tidak hanya akan mengakibatkan kesalahan pemrograman yang dapat mengakibatkan inefisiensi dan inefektifitas pemrograman dan penganggaran, namun juga dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran penyelenggaraan jalan dan ketidaksesuaian evaluasi kinerja.Kegiatan pengumpulan data kondisi jalan saat ini, dilakukan dengan survey IRMS dengan komponen survey meliputi:
- IRI (kekasaran permukaan jalan)
- survey inventarisasi jalan (RNI)
- survey kondisi jalan (RCS)
- lalu lintas (LHR) dan
- referensi titik (DRP).
Baca juga Diklat Hawkeye 2000 the Faletehan Hotel
Bertolak dari keadaan tersebut, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional IV (BBPJN IV) mencoba mencari solusi mengenai permasalahan pengumpulan data kondisi jalan. Pengumpulan data kondisi jalan seharusnya dilakukan dengan cara yang seragam, efektif dan cepat dalam rangka pengambilan keputusan. Sebelumnya, Pusjatan telah memperkenalkan suatu alat survey yang dapat mengumpulkan data lalu lintas dan kondisi jalan dengan resolusi dan intensitas yang tinggi yang dinamakan Hawkeye. Alat survey Hawkeye terbukti cepat dan akurat dalam mengumpulkan data kondisi jalan, sehingga BBPJN IV mulai mengimplementasikannya dalam survey di wilayah BBPJN IV. Namun karena harga unit Hawkeye yang cukup mahal (sekitar 9.6 milyar rupiah), pada tahun 2009 BBPJN IV mencoba membangun sendiri alat yang menggunakan konsep yang sama seperti Hawkeye, yang dinamakan alat survey Mata Garuda dengan biaya yang lebih murah (sekitar 1.5 sampai 2 milyar rupiah). Meski demikian, efektifitas dan kapabilitas alat survey Mata Garuda tersebut karena satu dan lain hal belum dapat menyamai kapabilitas dari alat survey Hawkeye.
Alat survey Hawkeye 2000
merupakan suatu paket alat pengumpulan data yang tergabung dalam satu kendaraan unit Hawkeye 2000. Paket tersebut terdiri dari GPS, Gipsitrac Geometri, Video recording, pengukuran jarak, Profiler (termasuk side laser, dan didukung oleh Software Hawkeye Processing Toolkit.
Hawkeye 2000 dapat digunakan dalam beberapa kegiatan, misalnya:
- asset management survey
- survey monitoring perkerasan rutin
- geometrik dan pemetaan
- audit keselamatan jalan
- survey lalu lintas
- runway inspections maupun
- quality control oleh kontraktor.
- Pusjatan
- BBPJN IV
- Ditjen Hubud, dan
- Sekolah Tinggi Transportasi Darat.
Secara umum, dengan pengadaan alat survey Haweye ini diharapkan proses pengumpulan data kondisi jalan di wilayah BBPJN IV pada khususnya dan di Direktorat Jenderal Bina Marga pada umumnya dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat.
Hawkeye 2000 series network survey vehicle