Ilmu Wayang dan Falsafah Islam - Wayang asal kata dari
wahayan atau
wahayat yang artinya hidup, juga di ambil dari ucapan wayangan yang artinya bayangan dari pengertian terebut merupakan ejawantah dari cerita tentang bayanga/contoh kehidupan.
Wayang secara filosofi diartikan sebagai :
- Dedeg pangadeg (berdiri tegak, bisa diartikan dengan prinsip manusia),
- Kalakuan (prilaku dan tindakan),
- Pasipatan (sifat yang dimiliki manusia),
- Lalampahan (tindakan manusia)
Menurut penelusuran para ahli dan sejarawan,
wayang berasal dari kesenian India, oleh para Wali sembilan (wali songo) di jadikan media visuali dalam menyampaikan dan menyebarkan Islam di Indonesia.
Wali songo yang menggunakan media kesenian Wayang sebagai media dakwah untuk menyebarkan Islam, diantaranya adalah
- Sunan Gresik Malik Ibrahim telah menciptakan negara-negara dalam pewayangan,
- Sunan Kalijaga menciptakan negara dalam pewayangan beserta dengan ceritanya,
- Sunan Bonang, menciptakan peralatan nayaga, gamelan(alat kesenian, seperti kenong, bonang, gong, dan lain-lain)
- Sunan Giri menciptakan gugunungan (wayang berupa bentuk pegunungan)
dari ke 4 (empat) wali itulah kemudian di ikut ioleh wali-wali yang lain, kemudian berkembang menjadi berbagai macam wayang, diantaranya adalah :
- Wayang Wong, (berkembang di Jawa Timur, dan Jawa Tengah)
- Wayang Kulit, (berkembang di Jawa Timur, jawa Tengah dan sebagian Jawa Barat)
- Wayang Lontar atau biasa disebut wayang Beber (di Bali, NTB dan NTT)
- Wayang Suluh (di Sumatera),
- Wayang Klitik (di Kalimantan dan Sulawesi),
- Wayang Golek (di Tatar Sunda, Jawa Barat)
Ilmu pewayagan tidak lepas dari falsafah Islam, sebab dalam sejarahnya seperti tersebut diatas bahwa wayang di jadikan media dakwah oleh para wali dengan tujuan untuk merubah sikap dan keyakinan masyarakat pada jaman itu dari animisme dinamisme.
diresapi dan lalu di terapkan pada kehidupan dan langkah kita sehari-hari sesungguhnya kita telah melaksanakan perintah-Nya dan pasti meninggalkan yang dilarang-Nya.