Dalam rangka menghadapi dan mengisi revolusi industri 4.0, desa-desa didorong untuk lebih melek teknologi dalam melepaskan diri dari ketertinggalannya. Penguasaan teknologi jadi hal yang penting untuk percepatan peningkatan kualitas SDM di desa dan percepatan pertumbuhan ekonomi di desa.
Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Sekjen Kemendes PDTT) Anwar Sanusi mengungkapkan pentingnya kesiapan desa dalam menghadapi revolusi industri 4.0, Kemendes PDTT memberikan pelatihan SDM di desa melalui Akademi Desa 4.0 dan pengembangan teknologi digital di desa.
Dia melanjutkan, dana desa juga dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pembangunan dan pemberdayaan desa untuk pengembangan teknologi digital desa sesuai musyawarah. Contoh kegiatannya misalnya pengembangan sistem dan aplikasi digital seperti sistem administrasi keuangan dan aset desa, dan Sistem Informasi Desa (SID). Kedua, pengadaan, pembangunan dan pemeliharaan sarana prasarana informasi dan komunikasi seperti jaringan internet untuk warga, website desa, komputer. Ketiga, pembinaan dan pelatihan, seperti pelatihan kewirausahaan, pelatihan e-commerce, pelatihan pengelolaan website.
Dalam menyikapi hal tersebut, untuk memenuhi kebutuhan kualitas SDM desa yang mampu menyongsong Indonesia 4.0 dan mengurangi permasalahan pelatihan desa, Kemendes PDTT mendirikan Akademi Desa 4.0.
Kita menggagas akademi desa 4.0. Mari keroyok bareng-bareng sama NU juga, untuk mengurangi kesenjangan pengetahuan antara di desa dan di kota. Memberikan pembelajaran kepada mayarakat desa menggunakan teknologi informasi yang sudah masuk desa. Mereka butuh pengetahuan sesuai kebutuhan mereka, kita ingin akademi desa jadi komoditas pembelajaran.
Masyarakat dengan menggunakan handphonenya tinggal klik kebutuhannya apa, misal tentang desa. Ada 30.000 video contoh inovasi desa sebagai bahan pembelajaran. Ini tugas pendamping dan penggiat desa untuk melatih, terangnya.
Selain itu, dia menjelaskan, misalnya penerapan Smart Farming desa-desa di daerah tertinggal dalam implementasi Internet of Things (IOT) dalam peningkatan produksi hasil pertanian, perikanan, dan peternakan di desa-desa daerah tertinggal, produk yang dikeluarkan untuk meningkatkan produksi antara lain Drone Sprayer untuk pertanian, Water Debut Sensor untuk peningkatan Perikanan, dan Cow Health Belt untuk peternakan.
Bagaimana menggunakan IT untuk respons terutama daerah pertanian saat panen, misal harga jatuh, seperti alpukat mentega di Soe NTT. 1 kilo dihargai 3-4ribu padahal kalau di Jakarta bisa 50ribu/kg. Gap harga terjadi karena marketnya diambil sama tengkulak, makanya itu penting kerja sama dengan toko-toko online, hingga bisa terjual 833 kg dan pendapatan petani meningkat 100persen, ungkapnya.
membangun desa dengan menerapkan teknologi 4.0
www.kemendesa.go.id