Cirebon terkenal sebagai kota udang, sebagai kota pelabuhan, Cirebon juga memiliki kuliner khas yang sudah terkenal jauh sebelum jamannya para wali (Kanjeng Gusti Sinuwun Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati) kuliner ini sudah menjadi makanan sehari-hari rakyat Cirebon.
Nasi Jamblang dibuat oleh warga Jamblang dan sekitarnya, Jamblang adalah nama sebuah wilayah yang terletak di sebelah barat kota Cirebon, 15 km dari Gunung Ciremai.
Nasi Jamblang menjadi kuliner khas Cirebon karena memiliki ciri khas yang berbeda dari kuliner lainnya di Nusantara.
Pada jaman dahulu belum ada alat dapur piring sebagai alat untuk makan, lebih khusus lagi bagi rakyat jelata, piring hanya digunakan oleh keluarga raja saja, karenanya maka nasi yang disajikan sebelum disantap kemudian dibungkus dengan daun jati, hal ini lebih disebabkan karena disekitar wilayah Jamblang banyak tumbuh pohon jati, maka kemudian daun jati tersebutlah yang digunakan sebagai alat pengganti piring untuk makan.
Seiring dengan berjalannya waktu, cara menyajikan nasi dengan cara membungkusnya dengan daun jati ini justru rasanya jauh lebih enak, pulen dan lebih nikmat jika dibandingkan menggunakan makan dengah alas piring atau alat lainnya, maka sejak itulah orang Jamblang jika makan nasi selalu menggunakan daun jati sebagai piringnya.
Padahal jika diperhatikan, lauk pauk yang menemani nasi Jamblang itu biasa-biasa saja, tidak berbeda dengan lauk pauk pada umumnya...tetapi memang jika Anda mencoba membandingkan Nasi Jamblang hasil olahan orang Jamblang asli dengan hasil olahan bukan orang Jamblang, disinilah Anda baru akan mengetahui dan merasakan perbedaannya.
Sebab itulah maka kemudian nasi Jamblang menjadi kuliner khas Cirebon hingga sekarang.
...Wallahu'alam
Awal mula dari mitos mengenai resep Nasi Jamblang yang rahasia dan tidak boleh diketahui oleh orang selain orang Jamblang Asli, bermula ketika Sunan Gunung Jati sedang membangun mesjid (sekarang mesjid ini di kenal sebagai mesjid Kasunanan terletak di pusat kota Cirebon). Dalam pembangunan mesjid ini seluruh rakyat Cirebon bergotong royong, berbagai cara di lakukan seluruh rakyat untuk dapat membantu pembangunan mesjid yang diprakarsai oleh Sunan Gunung Jati ini, yang memiliki harta mereka menyumbangkan hartanya, tidak sedikit juga yang hanha mampu menyumbang tenaga dan apa saja yang bisa disumbangkan.
Melihat semangat rakyat sedemikian besar, maka Sunan Gunung Jati membagi-bagi sistem kerja dan pola sumbangan rakyat dengan membaginya per wilayah (sitem zonasi kira-kira begitu) agar menjadi lebih tertib dan seluruh bantuan rakyat tersalurkan dengan baik.
Hingga tiba giliran warga Cirebon bagian Barat termasuk warga Jamblang didalamnya. Warga Jamblang sepakat untuk menyiapkan makan untuk para pekerja.
Baca juga:
- Gubernur Jendral Daendels makan nasi Jamblang
- Di Desa Cangkuang, Cirebon Cinta itu bersemi
- Wisata Air Panas Sangkanurip, Kuningan
- Wisata ke Talaga Remis
Karena yang memuji adalah seorang waliullah tentu masyarakat Jamblang speechless dong...karena tidak ingin kebahagiaan ini mereka sia-siakan, maka bentuk kebahagiaan tersebut diungkapkannya oleh mereka hanya kepada keluarganya saja dan kemudian sepakat untuk tidak memberi tahukan resep masakan Nasi Jamblang ini kepada orang selain kepada penduduk Asli Jamblang.
Tahun berganti pada akhirnya komitmen ini sekarang telah berubah menjadi mitos dan legenda | sejarah Nasi Jamblang bagi seluruh penduduk Jamblang.
...Wallahu'alam