Dia berada dipusaran suatu peristiwa yang dia sendiri tidak memahami awal dan akhirnya. Termasuk dia juga tak mengerti mengapa tidak dieksekusi mati, sementara Untung, Supardjo, Mayor Suyono, dan lainnya menjalani hukuman mati.
Mengapa Lettu Dul Arief dari pasukan Pasopati yang memimpin serangan terhadap rumah para jenderal, kemudian menghilang tanpa jejak? Tak ada yang mampu menjawab, selain pelaku dan saksi sejarah yang sudah tak tersisa.
Letkol Abdul Latief kemudian menganalisa. Menurutnya, hampir semua militer yang dituduh terlibat dalam G30S, baik saat itu atau sebelumnya, adalah bawahan dekat Suharto, seperti:
- Letkol Untung
- Kol. Latief
- Brigjen Supardjo di Jakarta serta
- Kol. Suherman dan Mayor Usman
Pada 4 Oktober 1965, tim dokter forensik mengeluarkan otopsi terperinci pada tubuh para jenderal yang terbunuh; "semua korban ditembak mati oleh senjata militer".
Tetapi dua hari kemudian, gelombang pemberitaan dimulai oleh media massa, yang pada saat itu sepenuhnya di bawah kendali Kostrad, menyatakan bahwa mata para jenderal dicungkil dan alat kelamin mereka dipotong oleh anggota PKI.
Seolah rencana telah dimatangkan bahwa peristiwa yang terjadi dan siapapun yang terlibat di dalamnya, akan dibungkus rata menjadi gerakan komunisme.
Dan dalam histeria anti-komunis, rakyat Indonesia yang agamis akan membuta dan tidak akan menelisik atas kejadian yang sebenarnya.
Letkol Abdul Latief yang dibebaskan pasca Suharto tumbang, akhirnya merilis pleidoinya dalam bentuk buku pada tahun 2000.
Sejarah G30S kemudian memberi sedikit celah bagi cahaya kebenaran untuk menembusnya. Sayangnya ia keburu wafat pada tahun 2005.
Lahul fatikhah...
Dan akhirnya Secuil Kebenaran yang Tak Terungkap ini pun kembali menggelapkan kebenaran yang sesungguhnya.